Kamis, 25 Maret 2010

Biarkan Aku Mencintainya.. Melebihi Cintaku Padamu....


Istriku sayang....

Inilah saatnya aku harus mengungkapkan isi hatiku padamu. Walaupun ini sulit untuk aku lakukan. Namun aku harus bisa mengatakannya agar aku tidak merasa terbebani dengan ini semua.

Kalian berdua adalah orang –orang terbaik yang selama ini mengisi hari-hariku. Tak bisa kupungkiri hati ini sudah terlanjur jatuh cinta pada kalian.

Istriku, maafkanlah aku sayang, bila memang keputusan ini bisa melukai perasaanmu. Karena aku sudah berani menduakan cintaku padamu. Ada dia diantara kita. Ada cinta yang lain diantara cinta kita berdua.

Kuakui sejujurnya, dialah cinta pertamaku. Dialah yang mengajariku cinta. Hanya dia satu satunya orang yang sudah merebut cintaku selama ini. Dan harus kuakui pula atas cintanyalah aku bisa mencintaimu sepenuh hati. Dialah yang membimbingku untuk selalu mencintaimu. Untuk selalu memberikan segala yang terbaik yang aku miliki untuk kuberikan kepadamu.

Kini aku sadari tak mungkin aku bisa melupakan cinta pertamaku. Dan aku juga tak mungkin menyia-nyiakan pengorbanan yang telah dia berikan untukku. Akan aku ceritakan sayang, mengapa aku begitu besar mencintainya. Kau tahu sayang disaat hidup kita jatuh. Dialah orang yang memberiku semangat untuk terus bangkit dan berjuang . Apa kau masih ingat sayang? saat kita hidup di sebuah kota besar, tetapi serasa di sebuah hutan belantara karena kita tak punya siapa-siapa. Ku katakan padamu sayang. Hanya dialah orang yang selalu mengirimi kita untaian-untaian kalimat khikmah yang mustajab, padahal kita tak memintanya. Hanya dialah orang yang selalu mentransfer petunjuk dan bimbingan agar kita tetap dalam jalan dan ridhoNya. Ya..persis hanya dia seorang.

Untuk itulah, jangan kau salahkan aku bila aku juga mencintainya. Dan jangan pula kau benci aku bila cintaku padanya melebihi cintaku padamu. Apakah kau ingin tahu siapa dia? dia adalah ibuku, dialah cinta pertamaku, sayang.

Istriku yang paling cantik dan yang paling aku sayangi. Ijinkan aku menduakan cintaku.
Jangan biarkan aku terjerumus kelubang dosa yang paling dalam. Hanya karena aku belum bisa mengungkapkan perasaan ini padanya. Jujur ku akui, saat pertama kali kau hadir dalam kehidupanku. Kau tawarkan kesucian cintamu yang begitu besar untukku. Kau butakan aku, sayang. Kau bawa aku larut dalam asmaramu. Hingga aku melupakan cintanya.

Hatinya begitu tulus, dia rela cinta pertamanya ku bagi denganmu, padahal dia begitu susah payah memupuknya selama bertahun-tahun. Saat aku mengatakan bahwa aku punya cinta yang lain selain dia, dialah orang pertama yang mengijinkan aku membaginya denganmu. Dia rela kehilangan sebagian cintaku padanya, hanya untuk kuberikan padamu.
Dialah orang yang pertama membimbingku, mengajariku, dan menuntunku untuk tahu tentang arti cinta yang sesungguhnya.

Istriku sayang, Relakanlah aku untuk mencintainya melebihi cintaku padamu!

Salam
Orang yang selalu mencintaimu


Ibu, maafkanlah aku anakmu yang durhaka ini.

Tiga puluh tahun lebih aku belum bisa membalas semua kebaikanmu, semua ketulusanmu. Tiga puluh tahun lebih pula aku masih belum mendapatkan apa yang sekiranya pantas untuk aku hadiahkan kepadamu ibu.

Keikhlasanmu, keridhoanmu begitu tulus kau korbankan hanya untuk membahagiakan anakmu yang tak tahu diri ini. Langkah dan dudukmu aku usik saat aku ada dalam rahimmu. Tidurmu selalu terganggu dengan tangisku saat aku masih bayi. Begitu juga saat aku menginjak remaja. Aku selalu merepotkanmu dengan tindakan-tindakanku yang seenaknya. Tawuran, ribut sama teman, Nonjok anak tetangga. Semua kelakuanku selalu membuatmu semakin tersiksa.

Rasanya aku ini mungkin adalah anak yang paling durhaka diantara orang-orang durhaka lainnya.
Semoga Allah selalu membukakan jalanku. Semoga Allah mengeratkan ketabahanmu. Semoga engkau selalu sabar dan tawakal mempunyai anak seperti aku, wahai Ibu.

Sekali lagi aku mohon, Maafkanlah aku anakmu Ibu.
Aku tahu tanganmu tak sekuat dulu lagi untuk menyambut tangan maafku. Tak sekuat saat engkau membelai kepalaku.
Tak sekuat ketika kau gunakan untuk meninakbobokan aku dalam gendonganmu. Tak sekuat waktu kau mandikan aku, saat kau suapi aku, saat kau peluk aku dan dan disaat kau belai aku dalam peraduan kasih sayangmu.

Ya, tanganmu tak sekokoh dulu lagi, tetapi bukan berarti tanganmu tak harus menepis semua keinginanku untuk menciumnya, dan membasuhnya dengan air mata penyesalanku.
Begitu juga dengan matamu ibu, tak setajam saat engkau masih muda dahulu. Namun bukan berarti matamu memalingkan pandangannya dari wajah anakmu yag durhaka ini.

Dengan penuh pengharapkan, aku rela bersimpuh dibawah kakimu.
Dengan penuh keridhoan aku rela melakukan apa saja asal engkau mau memaafkan segala kesalahanku.
Andai aku punya harta sebesar gunung, rasanya tak sanggup untuk membayar semua pengorbananmu.
Andai lautan itu milikku dan aku berikan kepadamu, rasanya belumlah cukup untuk membalas semua jasamu terhadapku.
Maafkan aku yang lalai ini. Aku selalu menghiraukan pahalamu. Aku selalu mengacuhkan berkatmu. Aku lupa bahwa dibawah telapak kakimu ada surga yang harus aku syukuri.

Maafkanlah aku anakmu, Ibu

Sumber : internet.....