Minggu, 11 Juli 2010

Langit dan bumipun Menangis ......

Bismillahi minal Awwali wal Akhiri.....
Allaahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad. Allahumma shalli 'alaihi wa sallim wa adzhib hazana qalbiy fin-dunya wal-aakhirah.............

Bismillahir-Rahmanir-Rahim:
Bumi dan langit adalah dua makhluk Allah yang senantiasa taat dan tunduk kepada-Nya.

“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi,”Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka hati.” (Fushilat : 11).

Keduanya dirancang sebagai tempat tinggal yang nyaman bagi manusia. Unsur-unsur yang ada di bumi semuanya mendukung keberlangsungan hidup manusia. Berjuta planet Allah ciptakan di jagat raya ini. Tetapi, di antara planet-planet ini, satu-satunya planet yang memungkinkan adanya kehidupan adalah bumi. Jarak antara bumi dengan matahari, kecepatan perputaran bumi pada sumbunya, kemiringan sumbu bumi terhadap orbitnya, struktur permukaan bumi, dan berbagai faktor lepas lainnya yang sejenis, memungkinkan planet kita menikmati kehangatan suhu yang sesuai bagi kehidupan dan dapat menyebarkan kehangatan ini di seantero bumi secara merata. Susunan lapisan udara bumi serta ukuran bumi juga tepat sesuai kebutuhan. Cahaya yang sampai kepada kita dari matahari, air yang kita minum, dan makanan yang kita nikmati semuanya sangat sesuai bagi kehidupan kita.

Maha benar Allah yang telah berfirman:

“Dan tidaklah kami ciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya sebagai ciptaan yang tidak mengandung hikmah dan keadilan; yang demikian itu adalah sangkaan orang-orang kafir“. (Shad : 27). Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk (Nya). (Ar-Rahman : 10)

Disinilah manusia diturunkan dan hidup sebagai khalifah, mereka menikmati segala macam keindahannya hingga batas waktu yang telah ditentukan oleh Allah.

“Allah berfirman, “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan.” (Al-A’raf : 25)

Bumi merupakan tempat persinggahan sementara bagi bani Adam. Tempat mengumpulkan bekal untuk kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan akherat. Ladang ujian bagi manusia; untuk menguji siapa diantara mereka yang paling baik amalnya. Dan bumi juga tempat meninggal serta dibangikitkannya manusia.

“Allah berfirman, “Di bumi itu kamu hidup dan di di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan“. (Al-A’raf 25-26).

Pengaruh keimanan bani Adam

Atas izin Allah, perilaku bani Adam dapat berpengaruh terhadap langit dan bumi. Ketaqwaan manusia akan berpengaruh baik bagi langit dan bumi; dengannya pintu-pintu rahmat dan barakah akan tebuka lebar. Barakah dari langit berupa hujan yang bermanfaat, sedangkan bumi akan mengeluarkan beragam barakahnya; mulai dari tumbuhan, hewan ternak hingga kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Allah berfirman:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya“. (Al-A’raf : 96).

Sebaliknya, kemaksiatan dan dosa manusia, akan berakibat buruk bagi langit dan bumi. Pintu-pintu rahmat yang ada pada langit dan bumi akan tertutup, curah hujan menjadi tidak stabil, bumi kering-kerontang, hewan ternak kurus kering karena kelaparan dan tumbuh-tumbuhan mati kekeringan. Andaikan ada setetes air yang turun dari langit, itu karena belas kasihan Allah kepada hewan-hewan yang tidak berdosa. Rasulullah bersabda,

“…dan tidaklah mereka enggan untuk membayarkan zakat dari harta yang mereka miliki keculi Allah tidak akan menurunkan hujan dari langit, dan andaikan bukan karena (kasihan) terhadap binatang-binatang maka tidak akan diturunkan hujan” (HR. Ibnu Majjah : 4019).

Imam Mujahid berkata, “Sesungguhnya, jika paceklik tiba dan hujan tidak turun, hewan ternak melaknat pendosa dari kalangan bani Adam. Mereka barkata; ini adalah akibat dari maksiat yang dilakukan oleh bani Adam“. (Jawabul Kafi : 151).

Ikrimah berkata, “Hewan melata yang ada di bumi, hingga kumbang-kumbang dan kala jengking berkta; “kita tidak mendapatkan air dikarenakan dosa-dosa bani Adam“. (ibid)

Bumi dan langit bisa menangis

Kematian yang pasti kedatangannya, akan menorehkan kesedihan di hati orang-orang yang ditinggal mati. Air mata akan berlinang, jiwa akan bersedih dan kabut keharuan akan menyelimuti mereka yang merasa ditinggalkan. Perasaan kehilangan tersebut bisa dikarenakan ikatan kekeluargaan dengan si mayit, ikatan iman dan aqidah, ikatan cinta, ikatan bisnis dan ikatan-ikatan lainnya.

Sebagaimana langit dan bumi bereaksi atas ketakwaan dan kemaksiatan manusia semasa hidup, maka mereka juga akan bereaksi atas kematian manusia. Reaksi bumi dan langit atas kematian seorang manusia adalah menangis. Tapi, tidak semua kematian manusia ditangisi oleh langit dan bumi. Langit dan bumi akan menangis sebagaimana manusia menangisi kematian orang yang baik. Dan sebaliknya langit dan bumi tidak menangisi kematian para pendosa sebagaimana umumnya manusia tidak menangisinya. Ayat yang bisa dijadikan pijakan bahwa langit dan bumi bisa menangis adalah firman Allah:

“Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh“.(Ad-Dukhan : 29).

Ayat di atas berbicara tentang kondisi langit dan bumi atas kematian segelintir manusia yang durhaka kepada Allah, mereka adalah kaum Nabi Musa yang membangkang. Allah telah menguji bani Israil dengan kedatangan Musa. Agar mereka beriman kepada ajarannya. Tapi, mereka sepakat untuk membangkang kepada Nabiyullah Musa, bahkan mereka berkeinginan untuk merajamnya.

Atas pembangkangan yang mereka lakukan, maka Allah tenggelamkan mereka di dasar laut merah bersama dengan gembong kekafiran, Fir’aun. Mereka ditenggelamkan karena kesombongan dan kepongahan mereka. Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah, dan kesenangan-kesenangan yang mereka menikmatinya. Pun demikian Allah mengkhabarkan bahwa kematian mereka tidak ditangisi oleh langit dan bumi.

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa langit dan bumi bisa menangis. Imam Mujahid berkata, “Tidaklah seorang mukmin meninggal dunia , kecuali ia akan ditangisi oleh langit dan bumi selama empat puluh hari.” (Ibnu Katsir 4 : 128).

Sebab-sebab bumi dan langit menangis.

Bumi dan langit lebih jujur dalam menilai hamba-hamba Allah dari golongan manusia, walaupun manusia sendiri tidak mengetahui penilaian tersebut. Sebagaimana telah dijelaskan dalam surat Ad-Dukhan ayat 29 bahwasannya bumi tidak menangis. Bilakah langit dan bumi menangis? Dan Kenapa dalam ayat ini disebutkan bahwa langit dan bumi tidak menangis?

Setiap terlahir seorang anak manusia, akan terbuka dua pintu di langit; yaitu pintu diturunkannya rizki bagi anak tersebut dan pintu diangkatnya amal kebaikan. Selama ia hidup, langit menjadi saksi tiap kali rizki turun bagi manusia. Langit juga menjadi saksi diangkatnya amal shalih manusia beriman ke hadapan Allah tiap hari senin dan hari kamis. Dua pintu tersebut akan senantiasa terbuka selama manusia hidup. Artinya; ketika seorang anak adam meninggal dunia tertutuplah dua pintu tersebut. Dan pada saat itulah langit akan merasa kehilangan dan menangis atas kematian seorang muslim. Langit juga menangis karena kehilangan hamba Allah yang dzikir, tasbih dan tahmidnya senantiasa terdengar laksana dengungan lebah.

Sedangkan bumi akan menangisi kepergian seorang hamba beriman, karena bumi merupakan tempat sujud dan bersungkurnya orang beriman kepada Allah. Mereka senantiasa memakmurkan bumi dengan ruku’, shalat dan amal shalih lainnya.

Ibnu Abbas berkata, “Bumi akan menangisi kematian seorang mukmin selama empat puluh hari.” (Ibnu Katsir 4 : 128).

Sedangkan dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa langit dan bumi tidak menangis, itu karena yang meninggal adalah orang-orang kafir. Langit tidak menangisi kepergian mereka karena tidak pernah menyaksikan amal baik mereka diangkat kelangit. Dan bumi tidak menangisi kepergian mereka karena tidak ada amal kebaikan yang mereka kerjakan di muka bumi, mereka tidak pernah tersungkur sujud kepada Allah di atas bumi.

Seorang laki-laki datang kepada Ibnu Abbas dan berkta, “Wahai Abal Abbas, apa pendapatmu tentang firman Allah; “Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh“.(Ad-Dukhan : 29). Apakah langit dan bumi menangis karena seseorang?” beliau menjawab : “Ya, sesungguhnya setiap hamba Allah memiliki satu pintu rizki di langit dan satu pintu tempat diangkatnya amal shalih. Jika ia menginggal dunia, maka dua pintu tempat diangkatnya amal shalih dan pintu tempat turunnya rizkinya akan tertutup. Maka langit akan kehilangan keduanya dan ia akan menangis. Dan jika bumi yang merupakan tempat shalat dan berdzikirnya juga kehilangan, ia akan menangis. Berbeda dengan kaum Fir’aun -yang disebutkan dalam ayat ini- ia tidak meninggalkan kebaikan dibumi, dan tidak ada amal shalih yang di angkat kelangit sedikitpun, maka langit dan bumi tidak merasa kehilangan dan menangisi kepergian mereka.” (Ibnu Katsir 4 : 128).

Ibnu Katsir berkata, “Mereka tidak memiliki amal shalih yang diangkat ke pintu-pintu langit hingga langit tidak merasa kehilangan, dan di bumi tidak sedetikpun mereka tunduk beribadah kepada Allah hingga bumi tidak merasa kehilangan. Maka oleh karena kekafiran, pembangkangan dan kemaksiatan, mereka berhak untuk tidak mendapatkan tangguh dari Allah.” (Ibnu Katsir 4 : 127).

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang hamba memiliki dua pintu di langit. Pintu yang menjadi keluarnya rizki dan pintu yang menjadi masuknya amal dan perkataan baiknya. Jika ia meninggal dunia, dua pintu langit itu akan merasa kehilangan dan akan menangisinya.” Kemudian beliau Shallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat, “”Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka.” Disebutkan demikian karena mereka tidak memiliki amal shaleh di atas muka bumi yang membuat bumi menangisi kematian mereka (Fir’aun dan bala tentaranya). Dan mereka juga tidak memiliki amalan dan perkataan yang baik, yang naik ke langit sehingga langit itu tidak merasa kehilangan dan tidak pula menangisi mereka.” (HR. Abu Ya’la dan At-Tirmidzi).

Sa’id bin jubair juga berkata, “Sesungguhnya sejengkal bumi yang menjadi saksi amal seorang mukmin naik ke langit akan menangisi orang mukmin tersebut pasca kematiannya.” Allahu Akbar !

Reference:

1. Tafsir Al-Quranul ‘Azhim, Ibnu Katsir.
2. Sunan Ibnu Majah, Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yazid Al Qazwini (209-273 H), Darus Salam Riyadh. Cet.1 tahun 1999 M/ 1420
3. Al-Jawabul Kafi Liman Saala an Ad-Dawai As-Syafi. Ibnu Qayyim Al-Juaziyah.


Bonus Sedikit Yach ...

Adapun terjadinya peristiwa Israk dan Mikraj adalah karena bumi merasa bangga dengan langit. Berkata dia kepada langit, “Hai langit, aku lebih baik dari kamu kerana Allah S.W.T. telah menghiaskan aku dengan berbagai-bagai negara, beberapa laut, sungai-sungai, tanam-tanaman, beberapa gunung dan lain-lain.”

Berkata langit, “Hai bumi, aku juga lebih elok dari kamu kerana matahari, bulan, bintang-bintang, beberapa falah, buruj, ‘arasy, kursi dan syurga ada padaku.”

Berkata bumi, “Hai langit, ditempatku ada rumah yang dikunjungi dan untuk bertawaf para nabi, para utusan dan arwah para wali dan solihin (orang-orang yang baik).”

Bumi berkata lagi, “Hai langit, sesungguhnya pemimpin para nabi dan utusan bahkan sebagai penutup para nabi dan kekasih Allah seru sekalian alam, seutama-utamanya segala yang wujud serta kepadanya penghormatan yang paling sempurna itu tinggal di tempatku. Dan dia menjalankan syari’atnya juga di tempatku.”

Langit tidak dapat berkata apa-apa, apabila bumi berkata demikian. Langit mendiamkan diri dan dia mengadap Allah S.W.T dengan berkata, “Ya Allah, Engkau telah mengabulkan permintaan orang yang tertimpa bahaya, apabila mereka berdoa kepada Engkau. Aku tidak dapat menjawab soalan bumi, oleh itu aku minta kepada-Mu ya Allah supaya Muhammad Engkau dinaikkan kepadaku (langit) sehingga aku menjadi mulia dengan kebagusannya dan berbangga.”

Lalu Allah S.W.T mengabulkan permintaan langit, kemudian Allah S.W.T memberi wahyu kepada Jibrail A.S pada malam tanggal 27 Rejab, “Janganlah engkau (Jibrail) bertasbih pada malam ini dan engkau ‘Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini.”

Jibrail A.S. bertanya, ” Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?”

Allah S.W.T berfirman, maksudnya, “Tidak, wahai Jibrail. Tetapi pergilah engkau ke Syurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu.”

Kemudian Jibrail A.S. pun pergi dan dia melihat 40,000 buraq sedang bersenang-lenang di taman Syurga dan di wajah masing-masing terdapat nama Muhammad. Di antara 40,000 buraq itu, Jibrail A.S. terpandang pada seekor buraq yang sedang menangis bercucuran air matanya. Jibrail A.S. menghampiri buraq itu lalu bertanya, “Mengapa engkau menangis, ya buraq?”

Berkata buraq, “Ya Jibrail, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 tahun, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mahu makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan.”
Berkata Jibrail A.S., “Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu.”
Kemudian Jibrail A.S. memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu dan membawanya kepada Nabi Muhammad S.A.W. Wallahu’alam.

Buraq yang diceritakan inilah yang membawa Rasulullah S.A.W dalam perjalanan Israk dan Mikraj.


Semoga Bermanfaat ...

Marilah Setiap detak-detik jantung.., selalu kita isi dengan..
Asma Teragung diseluruh jagad semesta raya ini...

Vicky
Halaqah Sirrul Barokah

Subhanakallahumma wabihamdika AsyaduAllahilaha illa Anta Astagfiruka wa'atubu Ilaik ... Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar