Waktu sedang merasakan kasmaran tiap malam kelabakan sulit tuk memejamkan mata, tak bisa tidur menjadi ritual pokok hampir di setiap malamku, semua pikiran, energi dan khayalan terisi dengan bayangan gadis yang telah merebut hatiku itu, kata orang aku sedang jatuh cinta. Segala upaya aku tunjukkan, segala kemampuan aku perlihatkan, segala perhatian, kasih sayang, rayuan, serta waktu kuluangkan saat berusaha menyatakan cintaku padanya, agar dia tahu kalau aku mencintainya dan agar dia mau menerima cintaku.
Semua itu terjadi ketika kumengenalnya beberapa tahun yang lalu, seorang gadis cantik, manis, ayu, lugu, pintar, rajin ibadah dan sexy, pokonya sempurna menurut pikiranku saat itu. Perantau dari luar
kota Jogja yang sedang study meraih gelar Master dan kost di dekat rumahku. Rasa Cinta kepadanya, saat itu telah membuatku melakukan banyak hal yang tidak bisa menjadi bisa, membikin aku mabuk kepayang, ingin selalu bersama dia, tidak ingin berpisah meski sekejap mata, tak terasa rasa cinta tersebut menjadi bahan bakar yang unik dalam kehidupanku saat itu…
Cinta memang suatu misteri yang luar biasa dalam kehidupan manusia.
Cinta yang kurasakan saat itu bukan hanya menjadi urusan fisik saja tapi sudah jauh merasuk dalam jiwaku, dalam hatiku, dalam pembuluh darah dan urat nadiku. Segala kemampuan terbaik muncul dengan otomatis, tidak lagi terpengaruh oleh keterbatasan kemampuan fisik semata.
Saat itu benar2 kurasakan serta kubenarkan makna dari kata-kata cengeng para Don Juan : Aku benar2 mencintaimu, hidup matiku hanya untukmu, tak bisa aku hidup tanpa cintamu, kurela berkorban apapun demi kamu, aku adalah kamu dan kamu adalah aku, biarlah fisikku boleh sakit tapi cintaku takkan terbendung, fisik boleh hancur dan mati tapi cintaku padamu kan selalu abadi, you and me together forever in love, cinta kita selalu indah dan pasti akan membawa bahagia tuk hidup kita di dunia forever and never end serta jutaan kata2 asmara lainnya…
Tapi benarkah semua itu..?
Tapi tak kusangka dan tak pernah terlintas dalam anganku sebelumnya, dalam perjalanan kehidupanku cinta tersebut ternyata harus kandas di telan waktu. Pernah dengar cerita Romeo dan Yuliet, Pronocitro dan Roro Mendut, Didi kempot dengan stasiun mbalapannya serta jutaan cerita2 cinta yang lain? Seperti itu jugalah akhir dari kisah cintaku, seperti itulah cinta antara sesama makhluk Tuhan, antara sesama anak adam, yang ternyata selalu muncul berulang kali dalam kehidupan dan sejarah umat manusia. Saking seringnya sampai diabadikan lewat cerita roman yang syahdu ataupun syair lagu, indah dan kadang sendu, haru serta cengeng, mendayu-ndayu dari awal kisah sampai endingnya.
Cinta Sejati Yang Dahsyat & Abadi
Dalam surat Al-Hujurat ayat 7 Allah SWT Berfirman : ”…Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu…”.
QS Al-Baqoroh 165: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya (sangat dahsyat cintanya) kepada Allah”
QS. Ali ‘Imraan 31 : “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam rumusan Cinta ini, ternyata Allah SWT telah menggoreskan Pena Cintanya kepada orang yang beriman. Sehingga keimanan orang tersebut akan memancarkan keindahan dan kenikmatan cinta dalam hatinya. Banyak riwayat-riwayat yang menjelaskan bahwa keimanan adalah cinta.
Di antaranya Imam Baqir as, ia berkata : “Keimanan adalah perwujudan rasa cinta dan benci”.
Dari Al Fadhil bin Yasar (Ushul al Kafi 2:125) diriwayatkan bahwa ia berkata: “Saya bertanya kepada Imam Shadiq as, perihal cinta dan benci, dari keimanankah ia datang?, beliau menjawab: “Keimanan tak lain adalah cinta dan benci”.
Dari Imam Shadiq as diriwayatkan: “Agama ialah cinta”.
Dari Imam Baqir as, diriwayatkan : “Agama ialah cinta dan cinta ialah agama”.
Menumbuhkan rasa cinta dalam dada kita akan keimanan berarti menanamkan dan mengembangkan rasa cinta kepada Allah SWT.
Keindahan hati orang-orang yang mencintai Allah niscaya akan memancar pada setiap penjuru amal perbuatannya. Pada pergaulan, pada perdagangan, pada urusan pekerjaan dan kariernya, pada bicara dan senyumannya, pada karyanya, pada urusan dalam keluarganya, sampai pada setiap detik tingkah lakunya dalam menjalani hidup ini. Dan jika timbul kekuatan-kekuatan yang di luar batas, adalah wajar karena cinta (apalagi kepada Allah) pasti akan menumbuhkan tenaga dan kemampuan yang di luar batas akal manusia.
Banyak unsur yang berpengaruh dalam hubungan bathin manusia dengan Allah SWT, seperti tersebut dalam Al-Qur’an, riwayat maupun do’a-do’a yang ada. Yang paling tinggi adalah Kecintaan dan kerinduan, kemudian disusul dengan harapan akan surga, ketakutan akan neraka, kerendahan hati, kerendahan diri, kekhusyukan, getaran hati, keakraban (‘uns), ketergantungan, kesucian jiwa, pujian, kesenangan, kecemasan, ketaatan, penghambaan, kefakiran, harapan akan perlindungan serta harapan akan kasih sayang dan lain sebagainya.
Dengan berpadunya berbagai unsur inilah terbentuk suatu spektrum ikatan bathin yang cemerlang dan sangat terang dengan Allah SWT.
Demikian tulis Syeikh Muhammad Mahdi Al Ashify dalam bukunya “Muatan Cinta Ilahi dalam Doa”. Selanjutnya dikatakan bahwa setiap unsur dianggap sebagai kunci untuk membuka pintu-pintu Rahmat dan Ma’rifat-Nya. Timbulnya unsur rasa cinta dan kerinduan kepada Allah SWT menduduki posisi paling utama di antara unsur-unsur tadi.
Dengan cinta, terjalin ikatan yang kuat antara manusia dan penciptanya. Tak ada unsur lain yang dapat melebihi rasa cinta dalam memperkuat jalinan pertalian bathin antara keduanya. Dan hati yang telah masuk cinta Ilahi akan menumbuhkan keindahan dan kekuatan yang tiada tara.
Bagi para pecinta Allah yang sudah mencapai tingkatan-tingkatan tertentu rasa cinta yang dirasakannya sering tak dapat diungkapkan dengan kata-kata yang pas, dengan penjelasan ataupun dengan tulisan yang sesuai karena saking dahsyat dan indahnya. Terkadang hanya sesama pecinta Allah sajalah yang benar2 bisa merasakan dan memahami arti sebenarnya dari tulisan, puisi dan kalimat2 yang diungkapkan oleh para pecinta Allah.
Berikut salah satu ungkapan Robi’ah Al Adawiyah yang dimabuk cinta Ilahi :
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cinta-Mu,
Hingga tak ada sesuatupun menggangguku dalam jumpa-Mu,
Tuhanku, bintang-bintang berkelap-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istanapun telah rapat tertutup
Tuhanku, demikian malam pun berlalu
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku Kauterima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau tolak hingga aku dihimpit duka
Demi kemahakuasaan-Mu
Inilah yang akan selalu kulakukan
Tuhanku,
Tenggelamkan diriku
Dalam samudera keihlasan mencintaimu,
Sehingga tak ada satupun yang menyibukkanku
Kecuali berzikir padamu.
Selama Kauberi aku kehidupan
Demi kemanusiaan-Mu
Andai Kauusir aku dari pintu-Mu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu.
(Syair Rabi,ah Al Adawiyah)
Aku mencintai-Mu dengan dua cinta;
Cinta karena diriku, dan cinta karena diri-Mu.
Cinta karena diriku adalah keadaanku yg selalu mengingat-Mu
Cinta karena diri-Mu adalah keadaan-Mu yg mengungkapkan tabir,
Sehingga Engkau kulihat. Baik untuk ini, maupun untuk itu,
Pujianku bukanlah bagiku, bagi-Mu lah pujian untuk semuanya.
Buah hatiku, hanya Engkaulah yang kukasihi,
Beri ampunlah pembuat dosa yang datang ke hadirat-Mu,
Engkaulah harapanku, kebahagiaanku, dan kesenanganku,
Hatiku enggan mencintai selain Engkau…
(Syair Rabi,ah Al Adawiyah)
Syekh Abdul Qadir Jaelani menyebut manusia-manusia yang telah mencapai tingkatan yang tinggi dalam cintanya pada Allah SWT sebagai insan kamil atau manusia sempurna. Ia bukan lagi hewan, tapi seorang malaikat yang berbadan manusia. Rohaninya telah mencapai ketinggian kebahagiaan. Jasadnya di bumi tapi ruhaninya di langit. Tradisi sufi menyebut orang yang telah masuk pada tahap ini sebagai waliyullah, para aulia, kekasih Allah. Orang-orang yang telah memasuki tahapan ini, ia telah mencapai derajat tertinggi kerohanian manusia.
Pada tahap inilah hakekat hidup dapat ditemui, yaitu menemukan CINTA SEJATI yang sebenar2nya bukan hanya sekedar cinta yg sering kita rasakan pada lawan jenis, pada harta benda yg sering menipu kita seakan CINTA SEJATI padahal sebenarnya hanya keinginan diri & nafsu sejati.
CINTA SEJATI yang ditujukan hanya pada Allah SWT seperti inilah yg dimaksud oleh Kahlil Gibran sebagai kendaraan yg bisa membawa manusia ketujuan hidup yg sebenarnya yaitu kebahagiaan sejati kebahagiaan yg takkan pernah sirna di dunia dan di surga-Nya kelak.
Contoh manusia yg paling sempurna dalam mencintai Allah SWT adalah Nabi besar Muhammad SAW kemudian diikuti oleh para Nabi2 dan Rosul Allah yg lain setelah itu para Aulia dan wali-wali Allah, termasuk Nabi Isa A.S. dimana beliau ini termasuk Nabi yg sangat Ma’rifatullah (cinta, hati, jiwa serta perasaan sudah melebur dengan Allah S.W.T) bahkan saking meleburnya beliau dengan Allah sampai oleh sebagian orang yang mengaku-ngaku sebagai pengikutnya pada salah kaprah menganggap beliau adalah Tuhan Allah itu sendiri.
Dalam perjalan hidup yang penuh liku ini akhirnya kusadari bahwa cintaku pada gadis idaman yang tumbuh dan bersemi saat itu, yang telah melibatkan segala kemampuanku, energi, perasaan, waktu, usaha dan dengan segala keindahannya ternyata hanyalah sebagai cinta kepada sesama manusia ciptaan Tuhan. Dan termasuk dalam kategori cinta dunia yang tidak seberapa indahnya, cinta yang tidak kekal, tidak akan abadi, tidak seberapa dahsyat, tidak ada apa-apanya dibanding dengan mencintai-Mu ya Robbi.
Sekarang baru kusadari tumbuhnya rasa cinta kepada-Mu membuahkan kedamaian, keindahan serta kenikmatan yang luar biasa, jauh lebih dahsyat dari pada cinta kepada sesama manusia, jauh lebih indah dari pada keindahan cinta kepada semua makhluk-Mu, semua tadi baru kuresapi, kusadari dan akan selalu kuperjuangkan serta kutingkatkan di usiaku yang sekarang ini.
Astaghfirulloh… Subhanalloh… Alhamdulillah
Hamparan hidup ini makin terasa kering jika tanpa cinta-Mu, tanpa keindahan-Mu, tanpa belaian kasih sayang-Mu. Kurasakan ketakutan akan hilangnya rasa Cinta-Mu dari hati ini, kekhawatiran yang sangat jika sampai Kau cabut lagi rasa cinta ini. Maka Tuhanku, tenggelamkanlah aku selalu dalam lautan Cinta-Mu, larutkanlah aku selalu dalam berdzikir pada-Mu, buatlah aku selalu sakaw dan ketagihan yang tiada berakhir dalam mencintai-Mu.
Jika masih ada pintu dan jendela lain di hatiku yang tertutup, mohon ridho-Mu untuk dibongkar saja, di dobrak saja agar tiada batas lagi yang akan menyatukan cintaku pada-Mu.
Semoga kita masih selalu diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk bisa mencapai, mereguk dan merasakan (meskipun sedikit) akan rasa dan kenikmatan dari CINTA SEJATI ini, Amiin Ya Robbal ‘Alamiin.
La Hawla Wala Wuwata Ilabillah
Tiada Daya Kekuatan Kecuali Dari Allah
Laa ma’buda illa allah
Tiada yang disembah kecuali Allah
Laa ma’suda illa allah
Tiada yang dituju kecuali Allah
Laa maujuda illa allah
Tiada yang maujud (berwujud) kecuali Allah
Ilahi, anta maksudi
Tuhanku, hanya engkau tujuanku,
Waridhokamatlubi
Dan hanya ridloMulah yang kucari,
A’tini mahabbataka wama’rifataka
Limpahkan Cinta dan Ma’rifatMu kepadaku
Laa ilaha illa allah
Tiada Tuhan kecuali Allah
Allah…
Allah…
Sumber : http://sendy-master.blog.friendster.com/2008/08/
Semua itu terjadi ketika kumengenalnya beberapa tahun yang lalu, seorang gadis cantik, manis, ayu, lugu, pintar, rajin ibadah dan sexy, pokonya sempurna menurut pikiranku saat itu. Perantau dari luar
kota Jogja yang sedang study meraih gelar Master dan kost di dekat rumahku. Rasa Cinta kepadanya, saat itu telah membuatku melakukan banyak hal yang tidak bisa menjadi bisa, membikin aku mabuk kepayang, ingin selalu bersama dia, tidak ingin berpisah meski sekejap mata, tak terasa rasa cinta tersebut menjadi bahan bakar yang unik dalam kehidupanku saat itu…
Cinta memang suatu misteri yang luar biasa dalam kehidupan manusia.
Cinta yang kurasakan saat itu bukan hanya menjadi urusan fisik saja tapi sudah jauh merasuk dalam jiwaku, dalam hatiku, dalam pembuluh darah dan urat nadiku. Segala kemampuan terbaik muncul dengan otomatis, tidak lagi terpengaruh oleh keterbatasan kemampuan fisik semata.
Saat itu benar2 kurasakan serta kubenarkan makna dari kata-kata cengeng para Don Juan : Aku benar2 mencintaimu, hidup matiku hanya untukmu, tak bisa aku hidup tanpa cintamu, kurela berkorban apapun demi kamu, aku adalah kamu dan kamu adalah aku, biarlah fisikku boleh sakit tapi cintaku takkan terbendung, fisik boleh hancur dan mati tapi cintaku padamu kan selalu abadi, you and me together forever in love, cinta kita selalu indah dan pasti akan membawa bahagia tuk hidup kita di dunia forever and never end serta jutaan kata2 asmara lainnya…
Tapi benarkah semua itu..?
Tapi tak kusangka dan tak pernah terlintas dalam anganku sebelumnya, dalam perjalanan kehidupanku cinta tersebut ternyata harus kandas di telan waktu. Pernah dengar cerita Romeo dan Yuliet, Pronocitro dan Roro Mendut, Didi kempot dengan stasiun mbalapannya serta jutaan cerita2 cinta yang lain? Seperti itu jugalah akhir dari kisah cintaku, seperti itulah cinta antara sesama makhluk Tuhan, antara sesama anak adam, yang ternyata selalu muncul berulang kali dalam kehidupan dan sejarah umat manusia. Saking seringnya sampai diabadikan lewat cerita roman yang syahdu ataupun syair lagu, indah dan kadang sendu, haru serta cengeng, mendayu-ndayu dari awal kisah sampai endingnya.
Cinta Sejati Yang Dahsyat & Abadi
Dalam surat Al-Hujurat ayat 7 Allah SWT Berfirman : ”…Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu…”.
QS Al-Baqoroh 165: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya (sangat dahsyat cintanya) kepada Allah”
QS. Ali ‘Imraan 31 : “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam rumusan Cinta ini, ternyata Allah SWT telah menggoreskan Pena Cintanya kepada orang yang beriman. Sehingga keimanan orang tersebut akan memancarkan keindahan dan kenikmatan cinta dalam hatinya. Banyak riwayat-riwayat yang menjelaskan bahwa keimanan adalah cinta.
Di antaranya Imam Baqir as, ia berkata : “Keimanan adalah perwujudan rasa cinta dan benci”.
Dari Al Fadhil bin Yasar (Ushul al Kafi 2:125) diriwayatkan bahwa ia berkata: “Saya bertanya kepada Imam Shadiq as, perihal cinta dan benci, dari keimanankah ia datang?, beliau menjawab: “Keimanan tak lain adalah cinta dan benci”.
Dari Imam Shadiq as diriwayatkan: “Agama ialah cinta”.
Dari Imam Baqir as, diriwayatkan : “Agama ialah cinta dan cinta ialah agama”.
Menumbuhkan rasa cinta dalam dada kita akan keimanan berarti menanamkan dan mengembangkan rasa cinta kepada Allah SWT.
Keindahan hati orang-orang yang mencintai Allah niscaya akan memancar pada setiap penjuru amal perbuatannya. Pada pergaulan, pada perdagangan, pada urusan pekerjaan dan kariernya, pada bicara dan senyumannya, pada karyanya, pada urusan dalam keluarganya, sampai pada setiap detik tingkah lakunya dalam menjalani hidup ini. Dan jika timbul kekuatan-kekuatan yang di luar batas, adalah wajar karena cinta (apalagi kepada Allah) pasti akan menumbuhkan tenaga dan kemampuan yang di luar batas akal manusia.
Banyak unsur yang berpengaruh dalam hubungan bathin manusia dengan Allah SWT, seperti tersebut dalam Al-Qur’an, riwayat maupun do’a-do’a yang ada. Yang paling tinggi adalah Kecintaan dan kerinduan, kemudian disusul dengan harapan akan surga, ketakutan akan neraka, kerendahan hati, kerendahan diri, kekhusyukan, getaran hati, keakraban (‘uns), ketergantungan, kesucian jiwa, pujian, kesenangan, kecemasan, ketaatan, penghambaan, kefakiran, harapan akan perlindungan serta harapan akan kasih sayang dan lain sebagainya.
Dengan berpadunya berbagai unsur inilah terbentuk suatu spektrum ikatan bathin yang cemerlang dan sangat terang dengan Allah SWT.
Demikian tulis Syeikh Muhammad Mahdi Al Ashify dalam bukunya “Muatan Cinta Ilahi dalam Doa”. Selanjutnya dikatakan bahwa setiap unsur dianggap sebagai kunci untuk membuka pintu-pintu Rahmat dan Ma’rifat-Nya. Timbulnya unsur rasa cinta dan kerinduan kepada Allah SWT menduduki posisi paling utama di antara unsur-unsur tadi.
Dengan cinta, terjalin ikatan yang kuat antara manusia dan penciptanya. Tak ada unsur lain yang dapat melebihi rasa cinta dalam memperkuat jalinan pertalian bathin antara keduanya. Dan hati yang telah masuk cinta Ilahi akan menumbuhkan keindahan dan kekuatan yang tiada tara.
Bagi para pecinta Allah yang sudah mencapai tingkatan-tingkatan tertentu rasa cinta yang dirasakannya sering tak dapat diungkapkan dengan kata-kata yang pas, dengan penjelasan ataupun dengan tulisan yang sesuai karena saking dahsyat dan indahnya. Terkadang hanya sesama pecinta Allah sajalah yang benar2 bisa merasakan dan memahami arti sebenarnya dari tulisan, puisi dan kalimat2 yang diungkapkan oleh para pecinta Allah.
Berikut salah satu ungkapan Robi’ah Al Adawiyah yang dimabuk cinta Ilahi :
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cinta-Mu,
Hingga tak ada sesuatupun menggangguku dalam jumpa-Mu,
Tuhanku, bintang-bintang berkelap-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istanapun telah rapat tertutup
Tuhanku, demikian malam pun berlalu
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku Kauterima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau tolak hingga aku dihimpit duka
Demi kemahakuasaan-Mu
Inilah yang akan selalu kulakukan
Tuhanku,
Tenggelamkan diriku
Dalam samudera keihlasan mencintaimu,
Sehingga tak ada satupun yang menyibukkanku
Kecuali berzikir padamu.
Selama Kauberi aku kehidupan
Demi kemanusiaan-Mu
Andai Kauusir aku dari pintu-Mu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu.
(Syair Rabi,ah Al Adawiyah)
Aku mencintai-Mu dengan dua cinta;
Cinta karena diriku, dan cinta karena diri-Mu.
Cinta karena diriku adalah keadaanku yg selalu mengingat-Mu
Cinta karena diri-Mu adalah keadaan-Mu yg mengungkapkan tabir,
Sehingga Engkau kulihat. Baik untuk ini, maupun untuk itu,
Pujianku bukanlah bagiku, bagi-Mu lah pujian untuk semuanya.
Buah hatiku, hanya Engkaulah yang kukasihi,
Beri ampunlah pembuat dosa yang datang ke hadirat-Mu,
Engkaulah harapanku, kebahagiaanku, dan kesenanganku,
Hatiku enggan mencintai selain Engkau…
(Syair Rabi,ah Al Adawiyah)
Syekh Abdul Qadir Jaelani menyebut manusia-manusia yang telah mencapai tingkatan yang tinggi dalam cintanya pada Allah SWT sebagai insan kamil atau manusia sempurna. Ia bukan lagi hewan, tapi seorang malaikat yang berbadan manusia. Rohaninya telah mencapai ketinggian kebahagiaan. Jasadnya di bumi tapi ruhaninya di langit. Tradisi sufi menyebut orang yang telah masuk pada tahap ini sebagai waliyullah, para aulia, kekasih Allah. Orang-orang yang telah memasuki tahapan ini, ia telah mencapai derajat tertinggi kerohanian manusia.
Pada tahap inilah hakekat hidup dapat ditemui, yaitu menemukan CINTA SEJATI yang sebenar2nya bukan hanya sekedar cinta yg sering kita rasakan pada lawan jenis, pada harta benda yg sering menipu kita seakan CINTA SEJATI padahal sebenarnya hanya keinginan diri & nafsu sejati.
CINTA SEJATI yang ditujukan hanya pada Allah SWT seperti inilah yg dimaksud oleh Kahlil Gibran sebagai kendaraan yg bisa membawa manusia ketujuan hidup yg sebenarnya yaitu kebahagiaan sejati kebahagiaan yg takkan pernah sirna di dunia dan di surga-Nya kelak.
Contoh manusia yg paling sempurna dalam mencintai Allah SWT adalah Nabi besar Muhammad SAW kemudian diikuti oleh para Nabi2 dan Rosul Allah yg lain setelah itu para Aulia dan wali-wali Allah, termasuk Nabi Isa A.S. dimana beliau ini termasuk Nabi yg sangat Ma’rifatullah (cinta, hati, jiwa serta perasaan sudah melebur dengan Allah S.W.T) bahkan saking meleburnya beliau dengan Allah sampai oleh sebagian orang yang mengaku-ngaku sebagai pengikutnya pada salah kaprah menganggap beliau adalah Tuhan Allah itu sendiri.
Dalam perjalan hidup yang penuh liku ini akhirnya kusadari bahwa cintaku pada gadis idaman yang tumbuh dan bersemi saat itu, yang telah melibatkan segala kemampuanku, energi, perasaan, waktu, usaha dan dengan segala keindahannya ternyata hanyalah sebagai cinta kepada sesama manusia ciptaan Tuhan. Dan termasuk dalam kategori cinta dunia yang tidak seberapa indahnya, cinta yang tidak kekal, tidak akan abadi, tidak seberapa dahsyat, tidak ada apa-apanya dibanding dengan mencintai-Mu ya Robbi.
Sekarang baru kusadari tumbuhnya rasa cinta kepada-Mu membuahkan kedamaian, keindahan serta kenikmatan yang luar biasa, jauh lebih dahsyat dari pada cinta kepada sesama manusia, jauh lebih indah dari pada keindahan cinta kepada semua makhluk-Mu, semua tadi baru kuresapi, kusadari dan akan selalu kuperjuangkan serta kutingkatkan di usiaku yang sekarang ini.
Astaghfirulloh… Subhanalloh… Alhamdulillah
Hamparan hidup ini makin terasa kering jika tanpa cinta-Mu, tanpa keindahan-Mu, tanpa belaian kasih sayang-Mu. Kurasakan ketakutan akan hilangnya rasa Cinta-Mu dari hati ini, kekhawatiran yang sangat jika sampai Kau cabut lagi rasa cinta ini. Maka Tuhanku, tenggelamkanlah aku selalu dalam lautan Cinta-Mu, larutkanlah aku selalu dalam berdzikir pada-Mu, buatlah aku selalu sakaw dan ketagihan yang tiada berakhir dalam mencintai-Mu.
Jika masih ada pintu dan jendela lain di hatiku yang tertutup, mohon ridho-Mu untuk dibongkar saja, di dobrak saja agar tiada batas lagi yang akan menyatukan cintaku pada-Mu.
Semoga kita masih selalu diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk bisa mencapai, mereguk dan merasakan (meskipun sedikit) akan rasa dan kenikmatan dari CINTA SEJATI ini, Amiin Ya Robbal ‘Alamiin.
La Hawla Wala Wuwata Ilabillah
Tiada Daya Kekuatan Kecuali Dari Allah
Laa ma’buda illa allah
Tiada yang disembah kecuali Allah
Laa ma’suda illa allah
Tiada yang dituju kecuali Allah
Laa maujuda illa allah
Tiada yang maujud (berwujud) kecuali Allah
Ilahi, anta maksudi
Tuhanku, hanya engkau tujuanku,
Waridhokamatlubi
Dan hanya ridloMulah yang kucari,
A’tini mahabbataka wama’rifataka
Limpahkan Cinta dan Ma’rifatMu kepadaku
Laa ilaha illa allah
Tiada Tuhan kecuali Allah
Allah…
Allah…
Sumber : http://sendy-master.blog.f
Tidak ada komentar:
Posting Komentar