Jumat, 02 April 2010

Permusuhan Abadi antara Dua Makhluk-Nya...(dan Benteng-Nya Anak Adam adalah Kehakikian Ikhlas...)


Bismillahirahmannirahim....
Allahumma ShaLi 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'Ala Ali Sayyidina Muhammad....

Sahabatku, iblis selalu membisikan permusuhan dengan manusia, sebagaimana proklamasi permusuhan setan dengan adam as.

Ketika adam as. turun ke bumi, maka iblis berkata “Tuhan, bukankah telah saya katakan bahwa adam akan menentang perintahmu menjauhi pohon khuldi, serta mematuhiku. Siapa yang mematuhi sesuatu berarti ia menjadi hambanya. Dan aku telah menang atasnya.

Kemudian Allah berkata, “Lalu apa yang kau mau ?”

Iblis menjawab, “Kuasakan aku atasnya”

Allah berkata, “pergilah! Aku telah menguasakanmu atasnya. Tuntutlah apa yang kau inginkan darinya! “

Iblis menjawab, “karena Engkau telah memberi kuasa kepadaku, maka dengan kekuasanMu, aku akan menyesatkannya berikut semua keturunannya.”

Allah berkata, “Di antara mereka ada para hamba yang ikhlas yang kamu tidak mempunyai kuasa atas mereka. Kamu hanya berkuasa atas orang-orang sesat yang mengikutimu.”

Iblis terlaknat itu kemudian berkata, “Kecuali para hambamu yang ikhlas”. Ia pun menyetujui dengan pengecualian yang sudah dikecualikan Allah swt. Iblis kemudian berkata, “Tuhan, karena Engkau telah menguasakan aku atas Adam dan memberi apa yang aku minta, maka tambahkan kekuatan kepadaku ! “ Mohon iblis.

Allah berkata, “Engkau bisa mengalir dalam darahnya”

“Aku pasti akan kalah kalau dia mengingatmu”, kata iblis lagi.

Allah berkata, “Aku telah memberinya sifat lupa, alpa dan lalai”

“Dia akan mengalahkanku dengan keturunannya yang banyak”, timpal iblis lagi

“Kalau dia beranak, kamu juga akan mempunyai anak”, begitu kata Allah.

“Dia akan mengalahkanku dengan kekuatan yang ada pada dirinya”

“Allah berkata “Kerahkan pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki untuk menghadapi mereka. Lalu berserikatlah dengan mereka dalam hal harta dan anak-anak, serta beri mereka janji bahwa tidak ada surga dan neraka.”

Iblis menjawab, “Engkau telah memenuhi keinginanku. Oleh karenanya aku akan mendatangi mereka dari arah depan (yang dari arah ini aku buat dunia memperdaya mereka), lalu dari arah belakang (yang dari arah ini aku menipu mereka agar berbuat dosa), dari arah kanan (yang dari arah ini aku buat mereka lalai), serta dari arah kiri (yang dari arah ini aku buat mereka menangguhkan taubat).”

Adam kemudian berkata, “Engkau telah memberi peluang kepada musuhMu untuk menguasaiku dan mendukungnya dengan kekuatanMu. Lalu bagaimana aku bisa melawannya ?” Tanya Adam suatu ketika.

“Kulindungi engkau dengan malaikat-Ku”, jawab Allah “Tambahkan kekuatan lain untukku !”, Kata Adam. “Aku tidak akan menghukummu jika engkau alpa dan lupa” “Tambahkan karuniamu lagi !” “Aku tidak akan menuliskan dosa atas niat burukmu”. “Tambahkan lagi, Tuhan !” “Allah menjawab permintaan Adam, “Jika kamu tidak jadi melakukan niat burukmu, Aku tulis niat buruk yang tidak jadi itu sebagai suatu kebaikan”

“Tambahkan lagi, untukku !” “Aku akan menuliskan pahala untukmu atas niat baikmu”, kata Allah

“Tambahkan lagi, Tuhan !” “”Jika kamu mengerjakan niat baik tersebut, kebaikan itu akan ditulis sebanyak sepuluh kali lipat”. “Tambahkan lagi, ya Allah !” “”Aku akan menambahnya hingga tujuh ratus kali lipat”, begitu Allah memenuhi permintaan Adam. “Tambahkan lagi”, kata Adam belum puas. “Hingga berkali-kali lipat”, Tuhan memenuhi.

“Tambahkan lagi, Tuhan !”. “Rahmat-Ku mendahului murka-Ku”, begitu kata Tuhan”

“Tuhan, dia mengalahkanku dengan tentara dan pasukan berkudanya”

“Setiap kali kamu melahirkan seorang anak, Aku pasti mengutus malaikat untuk menjaganya”, jawab Allah (QS Al-Ra’d [13]:11)

“Tambahkan lagi, Tuhan !”

“Pintu tobat terbuka untukmu jika kamu mau bertobat, yang juga terbuka bagi keturunanmu yang bertobat setahun sebelum meninggal”. “Tambahkan lagi, Tuhan !” “Pintu tobat terbuka bagi keturunanmu yang bertobat sebulan sebelum meninggal” “Tambahkan lagi, Tuhan !” “Pintu tobat terbuka bagi keturunanmu yang bertobat sejam sebelum meninggal” “Tambahkan lagi, Tuhan !” “Pintu tobat terbuka bagi keturunanmu yang bertobat selama ajal belum sampai kerongkongan”

“Tambahkan lagi, Tuhan !” “Aku turunkan untukmu kitab suci-Ku”

“Tambahkan lagi, Tuhan !” “Aku kirim untukmu para rasul-Ku”

“Tambahkan lagi, Tuhan !” “Aku perkuat kamu dengan kebenaran yang selama kamu berpegang kepadanya, iblis tidak akan mengalahkanmu. “

“Tambahkan lagi, Tuhan !” “Aku ajarkan kepadamu tentang firmanKu”

“Tambahkan lagi, Tuhan !” “Aku jadikan adzan sebagai warisan bagi anak keturunanmu”

“Tambahkan lagi, Tuhan !” “Aku jadikan mesjid yang di tempat itu engkau bisa mengunjungiku”

“Tambahkan lagi, Tuhan !” “Aku jadikan dzikir mengingatku sebagai minuman untukmu”

“Lalu apa yang menjadi prajuritku ?”

“Segala yang melingkari pimpinan mereka. Pimpinan mereka adalah akal”. “Akal adalah raja. Ia memiliki kekuasaan berupa makrifat. Pemimpinnya berupa akal. Sumbernya adalah otak. Tempatnya berada di shadr (dada), dan kekuasaanya berada di seluruh tubuh. Ia memiliki seratus pembantu yang mempunyai tugas masing-masing.”

Iblis kemudian berkata “Engkau telah menguasakan ku atas adam setelah sebelumnya Engkau membuatku terhina dan terusir di hadapannya. Semua yang didapat Adam itu juga setelah engkau lepaskan pakaian kemuliaan dariku dan busana malaikatku. Engkau juga telah memberinya perangkat perang lengkap dengan pasukannya. Engkau membelanya, menguatkannya, serta mengobarkan perang antara diriku dan dirinya. Kelau demikian, apa yang menjadi perangkat dan prajuritku ?” Begitu Iblis mulai berargumen.

“Apa yang kau mau ?” Tanya Allah.

“Engkau memberinya kitab suci, lalu apa kitabku ?” Tuntut Iblis. “Kitabmu adalah tato”, jawab Allah.

“Lalu, apa rasul untukku ?” “Para dukun”, jawab Allah. “Apa bahan pembicaraanku ?”Allah menjawab, “Kebohongan”. “Apa Al Quranku ?” Allah menjawab,“Syair”. “Apa perangkat penyeruku ?” Allah menjawab,“Seruling”. “Apa masjidku ?” Allah menjawab,“Pasar”. “Apa rumahku ?”Allah menjawab, “Kamar kecil dan gereja”. “Apa makananku ?” Allah menjawab,“Semua makanan yang tidak disebut namaku”. “Apa minumanku ?” Allah menjawab,“Segala yang memabukkan”. “Apa perangkapku ?” Allah menjawab,“Wanita”. “Engkau berikan prajurit kepada Adam. Lalu, apa prajuritku ?”, protes iblis. “Segala sesuatu yang menyebabkan segala perangai buruk dan hawa nafsu dapat menguasai adam.

Dengan semua itu, mahluk terlaknat itu pun merasa puas.

Nah sahabatku, lihatlah pada cerita yang di paparkan di atas. Setan menyerang kita dari depan, belakang, kiri dan kanan... Hanya dengan keikhlasan yg tulus kepada Allah, mereka tak berdaya terhadap kita semua....

Ikhlas, tidaklah sesederhana yang didefinisikan oleh orang awam. Ikhlas memiliki tingkatan-tingkatan yang harus kita daki. Bahkan terdapat suatu keiklasan yang sangat sulit untuk dicapai. Hanya orang-orang yang dibantu Allah saja yang dapat mencapainya. Sebagaimana Abu Ya’qub as-Susy mengatakan, “Apabila mereka melihat keikhlasan dalam keikhlasannya, maka keikhlasan mereka itu memerlukan keikhlasan lagi.” Cacat keikhlasan dari masing-masing orang yang ikhlas adalah penglihatannya akan keikhlasannya itu. Jika Allah menghendaki untuk memurnikan keikhlasannya, maka Dia akan menggugurkan keikhlasannya dengan cara tidak memandang keikhlasannya sendiri, dan jadilah ia sebagai orang yang diikhlaskan Allah swt. (Mukhlas), bukannya berikhlas (Mukhlish)

Teladanilah orang-orang yang ikhlas, sahabatku, karena sebagian orang arif berkata, “Tidak seorangpun hamba yang ikhlash selama empat puluh hari, kecuali akan mendapatkan sumber hikmah memancar dari hati pada lisannya.

Suatu hari, beberapa waliyullah melihat Rabi’ah menyusuri jalan denga api di tangan kirinya dan air di tangan kanannya. “Perempuan surga, ke mana engkau akan pergi dan apa maksud perbuatanmu ini ?”

Rabi’ah menjawab, “Aku akan membakar surga dan menyiramkan air ke dalam api neraka, sehingga kedua hijab itu bisa terangkat dari mereka yang mencari-Nya, agar mereka ikhlas dalam menjaga hati. Hamba Allah akan belajar untuk melihat-Nya tanpa harapan akan pahala atau takut akan siksa. Sebagaimana yang terjadi sekarang, jika engkau menarik harapan akan pahala atau takut akan siksa, niscaya tak akan ada seorang pun yang beribadah atau taat. [Di kutip dari Syams Al-Din Ahmad aflaki, Manaqib Al-Arifin (Kebijakan-kebijakan orang-orang arif), Vol 1 (Teheran : Dunya-i Kitab 1983), h. 396]

Nah sahabatku, lihatlah pada cerita yang di paparkan di atas...

seorang legenda ahli-Allah, Rabi’ah Al-Adawiyah (w. 185H / 801 M) atau sering juga dipanggil Rabi’ah Al-Bashrah telah mengajarkan kita makna ikhlas yang lebih dalam. Ikhlas tidak lagi hanya didefinisikan hanya sebagai : menjadikan Allah swt. sebagai satu-satunya sesembahan, dan menjadi tujuan semua amal. Ikhlas tidak lagi hanya didefinisikan sebagai : mensucikan amal perbuatan dari campur tangan sesama mahluk.

Rupanya definisi ikhlas dari Rabi’ah adalah definisi yang diceritakan oleh malaikat jibril, ketika Nabi Muhammad saw. Bertanya, apa itu ikhlash : “Aku bertanya kepada Jibril as. Tentang ikhlas, apakah ikhlas itu ? Lalu Jibril berkata : ‘Aku bertanya kepada Tuhan Yang Maha Suci tentang ikhlas, apakah sebenarnya ?’ Allah swt. menjawab , ‘Suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang kucintai.” (H.r. Al-Qazwini meriwayatkan dari Hudzaifah)

Sahabatku, semoga kita dapat menjadi orang yang ikhlas (mukhlish), karena hanya seorang mukhlish yang bisa mendefinisikan riya. Sebagaimana definisi Al-Junayd tentang ikhlas : “Keikhlasan adalah rahasia antara Allah dengan si hamba. Bahkan malaikat pencatat tidak mengetahui sedikitpun mengenainya untuk dapat dituliskannya, setan tidak mengetahuinya hingga tidak dapat merusaknya, nafsu pun tidak menyadarinya sehingga ia tidak mampu mempengaruhinya.”

Nah, Sahabatku, Rabi’ah telah membukakan salah satu sisi pintu kerahasiaan ikhlas. Ikhlas terjadi manakala kita mengeluarkan (tidak berkompromi dengan) mahluk dalam bermuamalah dengan Allah. Dengan demikian kita tidak lagi memperdulikan surga (mahluk), maupun neraka (mahluk) dalam beribadah. Yang kita inginkan dari ibadah kita adalah Pemilik surga dan neraka. Sebagaimana seseorang yang benar-benar mencintai kekasihnya, maka ia pun akan bersabar terhadap ketentuan kekasihnya, dan ia tidak akan memperdulikan harta kekayaan dan jabatan yang dimiliki sang kekasihnya. Yang diinginkannya hanyalah kekasihnya saja. Itu cukup baginya....

Nah sekarang, jika surga dan neraka tak pernah ada, masih maukah kita beribadah kepada-Nya dengan ikhlas... ?


Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar