Jumat, 02 April 2010
Shalat dalam Cinta.....
“Beribadahlah seakan-akan engkau melihat Dia. Jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia tetap melihat engkau — Hadis Qudsi
Suatu sore, seorang murid sedang salat, tapi tak sengaja seorang wanita sembari tersedu-sedu melintas di depan sajadahnya. Perilaku itu benar-benar mengganggu konsentrasi salat sang murid. Selepas salat, dia segera menghampiri wanita tadi. Ketika sang murid mendekatinya, wanita itu masih terus terisak-isak, air matanya berlelehan.
Sang murid lalu berkata, “Apakah Anda tidak tahu ada orang salat. Mengapa Anda melintas begitu saja?”
“Apakah Anda mau mendengar cerita saya?” balas wanita tadi yang terus mengendalikan sesenggukan.
“Baiklah, berceritalah,” balas sang murid.
“Suami saya yang paling aku cintai dan kasihi, ternyata dengan mudah menceraikanku,” kata wanita tadi sembari terus disela sesenggukan. Sang murid hanya bisa terus menunggu.
“Saking cinta dan sayangnya saya kepada suami saya, saya tidak bisa lagi melihat Anda sedang salat,” lanjut wanita tadi.
“Lalu bagaimana dengan Anda yang menjalankan salat karena cinta dan kasih sayang kepada Allah Swt? Kenapa Anda masih bisa melihat saya?”
Sang murid hanya bisa tertegun mendengar penjelasan wanita itu. Ada yang salah dengan dirinya?
Hakikat-Nya.....
Ketahuilah saudaraku, nafsumu seringkali membuat dirimu mengira bahwa shalatmu sudah setara dengan para ahlullah (ahli Allah) dan para wali Allah. Padahal keduanya jauh sekali berbeda. Aku petikkan sebuah hadist Rasul : “Dua orang dari umatku mengerjakan shalat. Rukuk dan sujud mereka sama. Namun di antara shalat kedua orang itu ada perbedaaan sejarak langit dan bumi (Bihar Al Anwar, jil 81 hal 249, Kitab ash-Shalah, bab 38, hadist no 41)
Lalu shalat seperti apa yang dapat mencegah dari segala perbuatan dosa dan keji? Salat macam apakah yang bisa mengantarkan seseorang memiliki kekebalan menangkal segala bentuk kemaksiatan, kemungkaran dan kekejian? Apakah seperti salatnya si murid tadi atau seperti shalat para wali Allah ? Saudaraku, perbedaan shalat antara Nabi dan orang lain terletak pada kesempurnaan eksistensial, bukan pada pokok penyempurnaan shalat. Bagi mereka, setiap kali maqam makrifatnya naik, maka rasa hina dihadapan-Nya akan semakin besar. Bukankah “sampai kepada Allah” merupakan safar yang hanya bisa dicapai dengan mengendarai malam ?
Berbahagialah orang yang mengiklaskan penghambaan dan doa kepada Allah. Ia tidak menyibukkan hatinya dengan sesuatu yang dilihat kedua matanya, tidak melupakan zikir kepada Allah karena sesuatu yang didengar oleh telinganya, dan tidak menyempitkan dadanya karena sesuatu yang diberikan kepada orang lain. Berbahagialah mereka yang merdeka dari semua yang memalingkan, karena cintanya kepada Allah.
Ruh dan kesempurnaan ibadat terletak pada kehadiran dan penghadapan hati, karena Hadirat Al-Ahadiyyah (Allah) tidak menerima ibadat tanpa itu. Limpahan kelembutan ibadah dan kasih tidak akan menyirami ibadat tanpa kehadiran hati tersebut. bahkan ibadat semacam itu jauh terhempas dari tingkatan diakui.
Dalam bukunya “Shalat Ahli Makrifat”, Imam khomeini membagi mereka yang shalat ke dalam tahapan sebagai berikut :
1. Mereka yang hanya mengenal shalat berupa kult dan bentuk lahir, tetapi mereka memahami konsep-konsep umum tentang dzikir, doa dan bacaan
2. Mereka yang memahami dengan pijakan logis hakikat-hakikat ibadat, dzikir dan bacaan
3. Mereka yang menuliskan hakikat-hakikat yang mereka pahami berdasarkan pemikiran dan akal di lembaran hati dengan pena akal, sehingga hati pun mengenal dan mengimani hakikat-hakikat tersebut.
4. Mereka memahami hakikat-hakikat itu dengan mata malakut dan pandangan batin Ilahi - sebagai kesaksian kehadiran (musyahadah hudhurriyyah) dan kehadiran diri (hudhur’aini). Selain itu mereka telah mengantarkan hakikat-hakikat ini ke tingkat hati sampai ke maqam mantap yang sempurna.
Ah, Semoga kita dikaruniai Allah untuk memiliki arbab al-qulub (pemilik hati yang suci) untuk dapat beribadah shalat seperti mereka, para wali Allah. Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar