Minggu, 11 Juli 2010

MENDEKATLAH PADA-KU, SEBELUM AKU PAKSA UNTUK MENDEKAT ....

Bismillahi minal Awwali wal Akhiri.....
Allaahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad. Allahumma shalli 'alaihi wa sallim wa adzhib hazana qalbiy fin-dunya wal-aakhirah.......

Bismillahir-Rahmanir-Rahim:
“Siapa tidak mendekat kepada Allah gara-gara halusnya kebaikan yang Dia berikan, maka ia akan diseret (supaya mendekat) dengan rantai cobaan” [Syaikh Ibnu Araby menulis dalam kitabnya ‘Al-Hikam’]

Seorang Guru Sufi Menasehati :

Anakku, Allah Maha Pengasih dalam segala suasana kepada hamba-Nya. Allah ingin agar hambanya menjadi orang yang shaleh dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Maka diberikanlah rezeki kepada hamba-Nya dengan halus agar dia menyadari hadirnya rezeki dari Allah kemudian si hamba akan mendekat dan bersyukur. Rezeki bisa berbagai macam bentuknya, dapat berupa uang, keluarga (anak istri suami), pangkat, jabatan, karier,dan sebagainya.

Serta diberikan-Nya kesehatan secara gratis, agar si hamba mendekatkan diri dan menyukurinya.

Sayang tak semua bisa sadar akan hal itu. Kadang kesehatan berlangsung lama, rezeki melimpah, tetapi hal tersebut tak sanggup mengetuk hatinya untuk bersyukur dan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maka jadilah ia orang yang tidak sadar akan kasih sayang Allah.

Sama halnya seperti orang yang bermimpi, ia tidak pernah sadar dirinya tidur. Kadang orang harus dibangunkan agar ia sadar dari mimpinya. Maha suci Allah dengan Al Latif-Nya (maha halus) sehingga kebaikan-kebaikan-Nya mengalir deras dengan sangat halus sehingga tak terasa oleh hamba-Nya.

Betapa tidak, bukankah manusia sering lupa kenikmatan tidur, sampai tidur tersebut harus dibeli berupa obat tidur, dan bukankah manusia sering lupa nikmatnya garam, sampai larangan dokter mencegahnya, atau sampai makan pun harus ditakar dan dibatasi jenisnya.

Tetapi, walau demikian, kasih sayang Allah begitu besar kepada hamba-Nya. Karena itu jika peringatan berupa kenikmatan kesehatan dan rezeki gagal membawa si hamba untuk mendekatkan diri kepada-Nya, maka Allah akan memakai cara lain, yaitu melalui bala’, bencana dan musibah yang bisa berbagai macam bentuknya.

Biasanya dengan cara ini manusia relatif dengan cepat menyadari kesalahannya dan kemudian secara cepat mendekatkan dirinya kepada Allah.

Tidak kah kau lihat anakku, ketika laut memperlihatkan keperkasaannya berupa tsunami, ketika bumi menggeliat dengan gempa 7 skala richter, dan ketika merapi mulai terbatuk-batuk. Maka seluruh manusia tersentak, bangun dari tidur lelapnya. Kepal-kepal tangan mulai terbuka, menjadi tangan yang memberi dan menerima. Kepala dan wajah mulai tengadah ke atas, dan doa-doa mulai membumbung ke langit.

Kenanglah kalimat ini anakku, siapa yang tidak suka menghadap (mendekat) kepada Allah dengan halusnya pemberian karunia Allah, maka ia akan diseret supaya ingat kepada Allah dengan rantai ujian (bala’)

Siapa yang tidak suka dan tidak sadar dzikir kepada Allah ketika sehat wal’afiat dan murah rezeki, maka akan dipaksa supaya berdzikir / ingat kepada Allah dengan tibanya bala’ bencana dan musibah.

Maka dalam kedua hal itu Allah berkenan akan menuangkan nikmat karunia yang sebesar-besarnya kepada hamba-Nya, yaitu kenikmatan memiliki keinginan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Nah Anakku, lihatlah, sebagian orang di bawa mendekati Allah dengan mudah, sedangkan sebagian yang lain di bawa mendekat kepada Allah dengan berdarah-darah.

Allah Maha Pengasih dalam segala situasi. Seruan-Nya muncul melalui bisikan yang halus dan lemah lembut maupun lewat sakit dan musibah.

Anakku, semoga engkau termasuk kepada golongan hamba yang bersyukur dan mendekatkan diri kepada-Nya sehingga Allah tak perlu menurunkan ujian bala bencana, sakit ataupun musibah untuk menyadarkanmu. Amin Ya Allah…

La Hawla Wala Quwwata Ilabillah

Tiada Daya Kekuatan Kecuali Dari Allah

Laa ma’buda illa allah

Tiada yang disembah kecuali Allah

Laa ma’suda illa allah

Tiada yang dituju kecuali Allah

Laa maujuda illa allah

Tiada yang maujud (berwujud) kecuali Allah

Ilahi, anta maksudi

Tuhanku, hanya engkau tujuanku,

Waridhokamatlubi

Dan hanya ridloMulah yang kucari,

A’tini mahabbataka wama’rifataka

Limpahkan Cinta dan Ma’rifatMu kepadaku

Laa ilaha illa allah

Tiada Tuhan kecuali Allah

Allahu Allah

Allahu Allah…


AIR MATA PENYESALAN

Aku berdiri di ujung jarum jam tua,
Yang mengerakkan denyutan nadiku,
Hina dalam diri yang selalu lupa,
Terkulai dalam tipuan dunia,
Dan ego diri dalam selimut hati,
Pagi ini..
Meski air mataku mengering,
Meski kata tobat dari mulutku menjadi sumbang,
Meski keram tanganku menghapus coretan sesal,
Waktu takkan kembali walau sedetik pun,
Kutatap kembali Qur’an kecilku,
Hanya lipatan kecil pada halaman tipis terbaca,
Begitu sibukkah aku…?
Begitu kakukah lidahku…?
Begitu anggkuh kah hatiku…?
Pagi ini,
Waktuku menguap sia-sia,
Tak ada setetes embun pagi pun yang membasahi kalbu,
Dalam keringnya kedahagaan hakiki,
Untuk menggapai Ridho-Mu,
Kutatap kembali sajadah lusuh itu,
Tak ada sujud malam pun berbekas di sana,
Tak ada air mata penyesalan pun menetes di sana,
Tak ada ukiran doa khusukpun tergores di sana,
Tak ada rasa bersukurpun dari nikmat yang teramat banyak,
Pagi ini…
Sakit dalam dada,
Rasa hina tercabik kemalasan,
Menghunjam dalam relung hati terdalam,
Tertutup noda hitam yang menginjak hati yang resah,
Ya… Allah,
Adakah waktuku yang masih tersisa,
Dari putaran waktu yang terus berlari,
Ya… Allah,
Mampukah aku berdiri sebagai manusia,
Kalau sujudkupun hanya di waktu yang Engkau wajibkan,
Mampukah aku di sebut hambamu,
Kalau rasa syukurku semakin memudar,
Mampukah aku melafalkan kebesaran nama-Mu,
Kalau persekutuanku pada nafsu menebal,
Mampukah aku memenuhi panggilan-Mu,
Kalau tak sebesar biji zarahpun kebaikan yang aku lakukan,
Mampukah aku,
Meski hanya tuk melihat kalung taqwa yang Engkau kalungkan pada hamba-hamba pilihan-Mu,
Ya… Allah,
Malu aku melangkah di bumi-Mu
Malu aku memakan rizki-Mu,
Malu aku menatap keindahan anugrah-Mu,
Ya… Allah,
Beri aku kesempatan,
Meski hanya di penghujung fajar-Mu ini,
Untuk mengucap satu kata,
Astaghfirullooohalladziiim….
Kata sesal karena khilafku,
Dengan setulus hatiku yang terdalam,
Dan linangan air mata penyesalanku…

Taubat

dihamparan kain sajadah yang lusuh... jiwa tertunduk dan bersimpuh.. memohon ampun dari Yang Maha Pengampun atas segala dosa-dosa yang mencemari raga.. yang semakin renta... hamba hanyalah setitik debu yang hina.. yang rapuh dan tak luput dari khilaf serta dosa... Tersadar didalam gelisah...setelah begitu jauh melangkah... setelah terlalu lama terlena akan kenikmatan nafsu dunia yang bagai fatamorgana... mungkinkah kan mengelupas dari tubuh.., kotoran-kotoranyang telah mendarah daging menjadi satu ... Hamba tahu…..tubuh yang telah terbalut dosa... takkan bisa disucikan... walau dengan air seluas samudra raya…Ya Allah... apapun kehendak-MU hamba ihklas... biarkan air mata ini menetes.. bukan karena air mata derita... Biarkan air mata ini mengalir... karena air mata bahagia... di sisa-sisa akhir nafas... berilah yang terbaik... Hamba yakin ENGKAU MAHA segalanya.... kan terima taubat hamba.., sebelum nyawa terlepas dari raga....


Marilah Setiap detak-detik jantung.., selalu kita isi dengan..
Asma Teragung diseluruh jagad semesta raya ini...


Vicky
Halaqah Sirrul Barokah

Subhanakallahumma wabihamdika AsyaduAllahilaha illa Anta Astagfiruka wa'atubu Ilaik ... Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

4 komentar:

  1. SubhanaAllah..bagus sekali pak..
    boleh sewaktu2 saya share ke teman2 yang lain??

    BalasHapus
  2. assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh
    Ya Vicky

    ada rasa malu yang menebal sama ALLAH...
    benar..hamba hanyalah setitik debu yang hina
    tak terlepas dari dosa dan noda
    moga ujian yang di terima
    akan mendekat dan merapatkan diri ini dengan PENCIPTA...moga sudi ALLAH menerima taubat ku ini...makbulkan lah YA ALLAH....

    salam hormat dari BHS

    BalasHapus
  3. artikel bermnfaat,gmna klo suat sat aq minta copianx ke blogq spy blogq rame jg spert ini

    BalasHapus
  4. Ya Allah jadikanlah aku orang yang selalu bersyukur atas nikmat yang Engkau berikan.

    BalasHapus