Jumat, 25 Juni 2010

.... Celoteh - Celoteh Jiwa ....??? ......

Bismillahi minal Awwali wal akhiri .....

Hutan...
Gunung...
hamparan hijau yang menyejukkan hati
terimakasih...
yang telah memberiku pengalaman yang tak ternilai
dalam pencarian jati diri ini
sehingga begitu membekas dan akan terus terbawa
dalam mengarungi kehidupan ini
menyadarkanku ...
memberiku pelajaran mengenai kehidupan
dengan kearif'an yang Maha Pencipta
kau bukakan matahati-ku
agar menjadi lebih bijaksana
dalam pergaulan hidup ini

disini…
dibatas pelangi,
kulangkahkan kaki menapak kesendirian yang tercipta
menelusuri lorong-lorong waktu ‘tuk mencari jati diri

hari ini…
ingin kupersembahkan semua yang pernah kulalui
bersama sahabat sejatiku
yang telah berbagi perasaan saatku tak mampu menghadapinya

ya, Allah…
ku-ucapkan rasa syukur
yang tak pernah sebelumnya terbersit dihati ini

Kau Tetap Sahabat-ku...Kalian tetap Sahabat-ku

Disaat kita nikmati kebersamaan
banyak hal terlewatkan begitu saja
keceriaan, gelak-tawa serta canda
semuanya mengalir begitu saja

waktu yang tersedia
seolah tak mampu untuk menampungnya
begitu cepat berlalu
berlari seolah tak mau berhenti

kenangan-kenangan itu terasa tak kala kita pergi
pergi meninggalkan semua kegembiraan yg melenakan
satu persatu kenangan itu diputar kembali
ada sederet senyum saat terlintas film-film yg lalu

kenapa kegembiraan itu hrs pergi?
kenapa tak selalu mengikuti ku kemana pergi?
kapan ini semua akan terulang?
akankah kita tetap seperti ini?

Sahabat...
semua yg pernah kita jalani
hari demi hari, waktu demi waktu
tak kala kita lalui semuanya bersama

banyak hal yg pernah terjadi
semua kita lalui dgn segala kekurangan yg kita miliki
kadang benci, kesal dan kecewa
juga senang, hormat dan sayang

sungguh luar biasa apa yang telah kita lalui bersama
inikah pemberian tak ternilai dari Sang Kuasa?
yang sering kali tak pernah kita syukuri

Ya, Allah...Lindungilah mereka yang ku-cinta

NB : untuk sahabat-sahabatku yang pernah bersama-sama dalam mengisi sepenggal perjalanan kehidupan....


Semerbak Melati di Padang Sunyi

Setiap kali melangkah beribu-ribu jejak kuikuti
menyusuri hutan dan sabana, melintasi gemercik air
menjelajahi bukit-bukit dan lembah-lembah yang murung
tampak jelas tapak-tapak derita sang alam

Satu per satu keindahan itu mulai pudar
selangkah demi selangkah jejak itu membuat bencana
tampak jelas batu-batu cadas yang merintih kesakitan
lihatlah pepohonan mengaduh kepedihan

Yang dulu dikata orang kau begitu mempesona
yang dulu dibilang orang kau begitu melenakan
kini hanya tangis yang kurasakan
hanya penderitaan yang kau bagikan

Tak ada lagi senyum-mu yg membahagiakan
hilang sudah keceriaan yg mengobati hati ini
malang seakan terus menimpamu
hari demi hari kian menjadi

Hingar-bingar kehidupan dunia kita bawa kesana
nafsu angkara murka kita tanam didalamnya
hingga, langit pun tak kuasa mendengar jeritan-mu
sampai seisi alam ini bermandikan air mata :((

Kejam-kah kita pada alam raya-Nya
setega itukan hati kita berbuat
masihkan ada setitik embun dihati ini
yang menyejukan luka alam ini

Datang...datang lagi semakin menjadi
Silih berganti bencana itu melanda manusia
Tanpa belas kasihan menerjang apapun.siapapun yang menghalanginya
Tragis...keji....terlontar dari mulut-mulut manusia

Itukah yang sebenarnya terjadi???

Begitu gampangnya tuduhan itu meluncur seperti derasnya air mengalir
Pernahkah kita menyadari dan intropeksi diri???
Apakah yang menyebabkan semua ini terjadi.
Apakah takdir Sang Penguasa???

Takdir???

Mungkin saja, tapi manusia pun turut andil menentukan nasib-nya sendiri

Kawan, ingatkah perlakuan kita terhadap alam ini
Apa yang telah kita berikan pada mereka
Selama ini kita hanya mengambil keuntungan dari-nya
Tanpa ada 'simbiosis mutualisme'
Kita telah menjadi parasit yang menggerogoti bumi ini

Oh, betapa malangnya nasib-mu, Ibu Pertiwi
Kau berikan...Keindahan.............
Kau berikan...Kedamaian ............
Namun semua kebaikan-mu terbalas sudah dengan menguras air mata-mu.

‘Kesedihan hati menyelimuti tabir kesunyian
dinding-dinding yg retak kembali terkuak
butir-butir kepedihan menambah beban ini
satu lagi hadir mengisi kegundahan diri

terbersit rasa sesal…gundah…
berdosakah????
haruskah ada lagi yg tersakiti???
semakin panjang dosa mengantri dibuku jiwa ini


Jejak kabut meninggalkan seribu tanya
Tapak-tapak kebingungan menyertai kalbu
Berharap jawab yang tak terkira
Adakah yang kuharap ???

Kedalaman hati merengkuh dunia
Tiada berbekas dan berharap
Angkara murka tak mampu berharap,
hanya menanti kehancuran

Bingkai dunia melenakan mata
Hanya nurani yang mampu menghentikannya


Tak kala kerinduan itu datang menggugah kalbu
Menusuk…menghentak dikedalaman jiwa yang terkoyak
Mencoba menembus tabir-tabir kepedihan
Menguak…mencoba membawanya kembali hadir disini

Saat itu ketika sejuta bunga jatuh dalam pelukanmu
Semua kata bagaikan panah yg menghujam asmara
Kata-kata itu kini menggelayut dipelupuk mataku
Menari…mempermaikan keindahannya

apakah salahku,

semua ini bukan kemauanku,
semua ini bukan rekayasaku,
aku tak ingin menyalahkan siapa pun
ini semua hanyalah cobaan dari-Nya

ku-ingin menerima kenyataan ini
ku-mau tak ada sesal dihati ini
ku-mencobanya sekuat jiwa berharap
namun, aku hanyalah mahluk lemah

kabut masih saja menyelelimuti
mentari pun tak kuasa merubahnya
tapi ada secercah cahaya disana
menggeliat melawan kepenatan yang hitam .......

*Celoteh-Celoteh Jiwa ......


Hmmmm ..............


Vicky
Halaqah Sirrul Barokah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar