Istiqomah lah wahai pejuang, bukan menurutmu atas apa yang diketahui dengan pengetahuanmu, maka Dia Maha Mengetahui apa yang terbesit dalam hati dan fikiranmu, mengira-ngira adalah bagianmu, Kehendak Mutlak tanpa syarat adalah bagian Nya, Dia yang tidak membutuhkan persekutuan, Dia yang tiada awal dan akhir, Dia yang abadi atas semua keabadian.
Apakah pengorbanan di jalan ini ?, di jalan ini adalah dengan mengorbankan apa yang paling dicintai, termasuk ketidak relaanmu terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendakmu, engkau telah mencintai ketidak relaan dengan begitu, dan engkau menerima cinta dari ketidak relaanmu dengan kerelaanmu.
Dalam kemabukkan anggur harum suci dari cawan Maha Raja, cinta dapat menjadi dua, bagai air dan minyak yang tak akan pernah bercampuran. Cinta yang ini berkorban untuk setiap pengorbanan, cinta yang itu berkorban untuk setiap ketakutan. Cinta yang ini tak perduli kedekatan maupun kejauhan, cinta yang itu tak ada kerelaan atas setiap keadaan. Cinta yang ini membawa kemerdekaan dalam keabadian, cinta yang itu berawal dan berakhir dengan perpisahan.
Bagi seorang budak, adakah tuannya dekat maupun jauh, adalah sama saja. Bagi seorang budak, ketidak pedulian adalah karibnya dalam keseharian, ia akan tetap berusaha melayani tuannya, adakah tuannya peduli atau tidak, ia pun tidak mempedulikan akan hal itu, karena ia hanyalah budak, penantian adalah satu-satunya adab yang dapat ia persembahkan bagi tuannya.
Bagi seorang budak, nafasnya adalah kekuatan, kekuatan dalam menyampaikan, meluap-luap dalam setiap nyanyiannya, teratur dan menggema, anggun terlihat dalam kesendirian, megah dalam kumpulan, bagai suara lebah yang mengaumkan suara singa, dalam kumpulan taman surga para budak, penuh dengan singa yang perkasa.
Berkorbanlah setiap saat, korbankan semua dan lupakan bekasnya, luka-luka dapat terobati dan terlewati, biarkan saja itu dengan ketidak pedulian, abaikan pula semua bentuk kesementaraan, tukarkan semua itu dengan keabadian, maka engkau akan mendapatkan seluruh alam raya dan menjadi bisu dalam kesaksian atas penyaksian.
Apa yg paling engkau butuhkan ?, semua cerita akan tetap sama, menua untuk kemudian mati, namun piala kesombongan terus saja menjulang tinggi dalam setiap keadaan dan kondisi, merasa aman atas apa yang telah teranugerahkan?, namun daripada itu semua, Rahmat-Nya mendahului murka-Nya, menjadikan kewaspadaan bersama-Nya adalah suatu keharusan. "Siapa saja yang merasa aman terhadap siasat-Ku, maka ia amat merugi" - Hadits Qudsi.
Jangan nyatakan apa-apa !, engkau adalah sesuatu atau bukan siapa-siapa, itu adalah apa-apa, sesuatu yang dinyatakan dalam pernyataan, kenyataannya engkau hanyalah hamba(budak), dan jadilah seperti itu apa adanya, malu adalah sebagian dari iman, tanyakan dan renungkan saja, adakah malu dalam setiap pernyataan itu ?.. Ya Rabb, ampuni kami atas setiap prasangka kami kepada Mu..
Kewaspadaan adalah ruh dari zuhud, dan waktu adalah kumpulan dari saat, maka waspadalah dalam saat, karena ia dapat mengelincirkanmu pada lompatan-lompatan perkiraan, kecenderungannya adalah ia menarik akalmu untuk mengira-ngira, lalu dengan secepat kilat hawa nafsumu menerkam untuk suatu kesimpulan, setelahnya Iblis (Syetan) akan menambahkannya dengan bisikan-bisikan yang mengarahkanmu kepada kesombongan.
Bagaimana bisa mengatakan hadir, padahal sesungguhnya tidak hadir. Lalu, bagaimana bisa membicarakan kehadiran, namun yang dibicarakan hanyalah ketidak hadiran.
Apa yang ditemukan dari suatu keadaan ?.. prasangka. Dan para pencari akan menemukan yang bukan sesungguhnya mereka cari, berputar-putar dan berulang-ulang, kecuali mereka dapat berhenti (pulang) sejenak untuk melihat adab.
Apa yang terlihat dari suatu keadaan ?.. cermin. Para pendamba tidak akan menemukan apapun kecuali adalah dirinya sendiri dalam cermin. Kembali dan kembali lagi ke dalam cermin, menjadi lupa (walau sejenak) terhadap apa yang didambakan, karena ia semakin sibuk atas apa yang terlihat (terpantulkan) dari cermin.
Apa yang diharapkan dari suatu keadaan ?.. tidak ada. karena ia berganti-gantian, seperti malam dan siang, tidak ada yang berketetapan, termasuk kejauhan maupun kedekatan. Yang berketatapan hanyalah hamba (budak) yang sering kali berperilaku sebagai tuannya, dan lebih menyukai berbicara dalam cermin keadaan tentang dirinya sendiri tanpa diketahui oleh dirinya sendiri.
Pada setiap keadaan adalah adab, lihat dan waspadai diri kita dalam menyikapi setiap keadaan, adakah kecenderungan diri kita kepada adab atau malah melemparkan tombak tudingan kepada segala sesuatu yang ada dalam keadaan itu dengan mata (hati) yang seolah-olah terbuka namun sesungguhnya malah tertutup.
Kondisi / keadaan apapun yang meliputi jika tidak disertai dengan ilmu & (atau) adab, maka ia dapat membahayakan. Namun, kurangnya ilmu masih dapat di imbangi dengan adanya adab, karena sesungguhnya adab bagi mukmin itu adalah keniscayaan. "Sesungguhnya seorang mukmin mengambil (melaksanakan) adab dari Allah. Kalau Allah meluaskan adab baginya maka luaslah adabnya dan menyempitkannya, maka sempitlah adabnya." (HR. Al Hakim)
Kalau tidak ada rinduan itu, hati sudah jadi mati, obat manjur (dzikir) itu menghidupkan orang mati jadi hati, apalah yang dilihat lagi, hiasan-hiasan apapun itu bukanlah makanan, orang yang memang mau masuk Istana itu, tidak akan membawa hiasan-hiasan itu, karena malu terhadap pemilik Istana, maka dengan begitu akan tinggal didalamnya.
Ketika engkau mengejar ketiadaan, sesungguhnya itu adalah lawan dari ketiadaan itu sendiri, namun apabila engkau mengejar keabadian, maka itulah awal dari ketiadaanmu.
Memang harus masuk lewat pintu, maka masuklah lewat pintu, setelah berada di dalam, adablah, minum dan makanlah jamuan keberkahan, lalu lihatlah hanya pada cermin dan jangan pedulikan yang lain, karena sekarang ini kemurnian jendela telah tercemar dan membingungkan, bagai seekor lalat yang terjebak di atas kaca jendela, melihat namun sesungguhnya tidak melihat.
Berhati-hatilah dalam setiap saat dan keadaan, hadapkan wajah hati hanya kepada Al Haq Azza Wa Jalla, jangan berharap apapun kepada selain-Nya, adablah dan bersabarlah dengan mengikuti jejak tapak Rasul-Nya, bertaubatlah selalu dari prasangka kepada-Nya, berperilakulah seperti budak (hamba) yang sesungguhnya, karena kita memang budak (hamba), dengan begitu Dia akan menjauhkan kita dari penyakit "Istidraj".
Sungguh mengasyikkan yang dapat membawa petaka, bagi kita yang mengakui berhijrah kepada Allah & Rasul-Nya, namun ternyata hanya berhijrah kepada diri(hawa nafsu)nya sendiri yang tanpa disadari & diketahui, sehingga berprasangka telah mendapatkan berbagai anugerah-Nya, namun sesungguhnya malah terjauhkan dari-Nya. "..akan kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.." ( Al 'Araf 182-183 ).
Apakah obat yang manjur bagi orang yang keras dan lalai, haruslah ia menjadi mabuk dan pemabuk, bersama teman mengangkat cawan dalam taman pesta yang penuh dengan berkah dan kemegahan, bersama-sama mereguk anggur harum suci dalam cawan لا إله إلا الله.
Di sini, kekayaan yang akan habis, tak ada yang dapat diwariskan, apabila hanya kumpulan huruf yang berterbangan, telanjang lah, tanpa pakaian dan kekayaan ucapan, telanjang lah, dengan hanya satu ucapan yang berulang-ulangan, hingga semuanya menjadi bisu akan penyaksian, setelahnya berpakaianlah dengan penyaksian atas kesaksian. لا إله إلا الله.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar